Seleco adalah kumpulan pemuda dari desa ngawun kec.parengan kab tuban
Seleco merupakan wadah atau kumpulan yang mewakili remaja.. Putra putri dari desa kami
Kami bukan kelompok preman atau semacamnya
Ketika ada kegiatan di desa kami juga turut serta membantu
Termasuk hal-hal umum
Loyalitas kami jangan di ragukan
TidK ada ketua di antara kami. Kami sifatnya sama. Sama berjalan saling musyawarah mencapai sebuah tujuan
Itulah sekilas seleco
cinta ini membunuhku
Jangan pernah berhenti untuk percaya bahwa cinta masih tetap ada Meski waktu terus membuktikan sebaliknya, kau t’lah mengerti sebabnya Sedetikpun aku tak mencoba untuk menghapus semua tentangmu dan kuterus merajut asa tentang bersamamu pada suatu waktu
Rabu, 03 Juli 2019
Selasa, 21 April 2015
Minggu, 14 April 2013
Arti Sebuah Ketulusan yang Sebenarnya
Kembali berusaha memahami arti kehidupan ini. Mencoba mempelajari serta merenung atas segala permasalahan untuk mendapatkan solusi. Mencoba untuk mengeluarkan percikan ilmu yang terkandung di bali semua perintah yang terjadi. Dan berusaha menggali misteri- misteri yang masih terpendam, serta mengeluarkannya dalam bentuk serpihan- serpihan ilmu agar mudah dipahami.
‘Ketulusan’.., Sebuah kata yang sering kali diucapkan kita kepada orang- orang yang kita sayangi, orang tua kepada putra- putrinya, seseorang kepada kekasih atau pasangannya, dll. Tapi tahukah kalian apa arti ‘Ketulusan yang Sebenarnya’..?
Arti ‘Ketulusan yang Sebenarnya’ adalah sikap perhatian, selalu ingat, dan mau memberikan apapun kepada orang lain dengan ikhlas, “walaupun orang yang kita sayangi tersebut sudah tidak ada di Dunia ini”. Kata ini sangat mudah diucapkan, tapi sangat sulit untuk dibuktikan. Saya ambil contoh demikian, jika kelak kita sudah meninggal tentu banyak sekali teman- teman, sanak saudara, dan keluarga yang melayati kita.
Namun, apa yang mereka lakukan setelah itu.? Jika setelah meninggal, kemudian teman- teman kita langsung lupa begitu saja kepada kita, itu bukan ketulusan namanya. Namun, jika setiap hari mereka senantiasa ingat dan selalu mengirimkan doa- doanya untuk kita yang sudah meninggal, itulah yang disebut ‘Ketulusan yang Sebenarnya’. Jadi ‘ketulusan yang sebenarnya’ dibuktikan dengan perlakuan orang- orang yang masih menyayangi kita, ‘walaupun kita sudah tidak ada’.
Mulai sekarang, cobalah untuk bilang kepada orang tua, kekasih/ pasangan Anda, dan kepada orang- orang yang mencintai Anda. Katakanlah : “Jika kamu memang benar- benar tulus menyayangi dan mencintaiku, maka buktikanlah ketulusanmu itu saat aku sudah tidak ada’. Tetap lah untuk selalu ingat dan mengirimkan doa- doamu untuk ku”.
Ini tingkatannya jauh lebih tinggi, karena ketulusan di Dunia ini akan terputus saat seseorang telah meninggal. Namun dapat disambung lagi, ketika orang- orang yang mencintai kita senantiasa ingat dan mengirimkan doa- doanya untuk kita. Mereka lah yg kelak akan menjadi penolong kita di Dunia jika kita sudah meninggal. Dan jangan salah, jika orang yg meninggal tersebut mendapatkan tempat yang layak di SisiNya, insyaAllah ia juga bisa mendoakan kita yang masih hidup di Dunia ini. Saya yakin pemberian dari pasangan kita, teman2, atau orang tua kita yang berupa rumah, perhiasan, mobil, dll tidak mungkin akan menemani kita di alam kubur. Namun, dengan pemberian berupa kiriman- kiriman doa oleh orang2 yang senantiasa mencintai kita di Dunia, saya yakin bisa menemani dan memberikan kesejukan bagi kita untuk menjalani hari demi hari di Alam kubur.
Selain doa dari teman- teman kita, Ada lagi yang bisa menolong kita kelak pada hari akhir. Jika mulai sekarang kita berusaha membiasakan berkumpul dengan orang- orang shalih, biasa mengikuti majelis- majelis dzikir, Pengajian, dll. InsyaAllah kelak di Akhirat kita akan disatukan dan dikumpulkan kembali dengan orang- orang tsb, kita tidak akan kebingungan dan sendirian, kita akan saling mencari dan bergandengan tangan dengan orang- orang shalih tsb. Maka perkuatlah hubungan tersebut ketika kita masih hidup..“Ketulusan yang Sebenarnya tidak hanya di Dunia, tapi juga menyambung sampai ke Akhirat’.
Arti Sebuah Kesabaran yang Sebenarnya
Kembali membuka tirai kehidupan yang sebenanya. Berusaha memperjelas pandangan yang masih kabur dalam kehidupan. Mencoba memahami hari demi hari yang telah terlewati. Menggali misteri- misteri yg masih terpendam, serta mengeluarkannya dalam bentuk serpihan- serpihan ilmu agar mudah dipahami.
“Kesabaran..” Ya. Sebuah kata yang sering kali kita ucapkan. Kata yang menjadi penghibur hati, saat deburan masalah dan cobaan menghampiri. Sebuah kata yang menjadi penenang jiwa, saat gundah gulana melanda. Namun, tahukah Anda arti “Kesabaran yang Sebenarnya.?”
Banyak teman kita yang tidak merasakan kebahagiaan dalam menjalani hidup ini karena kurangnya rasa syukur dan sabar. Padahal, suatu kebahagiaan dibangun dengan 2 landasan, yaitu syukur dan sabar. Sabar bukanlah diam tanpa kata. Sabar bukanlah diam menunggu berlalunya sesuatu. Dan sabar bukanlah sikap pasrah dalam menghadapi sesuatu.
Namun “Kesabaran yang Sebenarnya” adalah: sifat itiqomah, disertai keimanan dan ketaqwaan saat menjalani rangkaian cobaan dalam mahligai kehidupan, baik itu kesedihan maupun kebahagiaan. Banyak orang yang belum memahami arti sebuah ‘Kesabaran yang Sebenarnya’, sehingga mereka mengatakan: “Kesabaran itu ada batasnya”. Padahal sabar itu tanpa batas. Kesabaran akan terus bertambah seiring dengan kualitas keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah swt.
Hal ini pernah ditunjukkan oleh Nabi Muhammad saw. Disaat beliau berjuang menyebarkan agama islam dengan kelembutan hatinya, banyak orang- orang kafir yang memusuhinya. Nabi Muhammad diancam, dicaci, diludahi, bahkan dilempar dengan kotoran sekalipun. Namun beliau tetap tersenyum dan tidak menaruh dendam sedikitpun, sehingga ia mendapatkan gelar ‘Ulul Azmi’, karena mempunyai tingkat kesabaran dan ketabahan yang luar biasa.
Bagaimana dengan keadaan kita sekarang..? Saat segelintir cobaan menerpa, kita langsung mengeluh dan putus asa. Padahal, tahukah Anda.? Bahwa cobaan yang kita hadapi ini belum ada apa- apanya, karena sesungguhnya cobaan dan ujian terberat dialami oleh para Nabi dan Rosul.
Sa'ad bin Abi Waqqash berkata, "Aku bertanya kepada Rasulullah saw, "Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling berat ujian dan cobaannya?" Nabi saw menjawab: "Para nabi, kemudian yang menyerupai mereka dan yang menyerupai mereka. Seseorang diuji menurut kadar agamanya. Jika agamanya tipis (lemah) dia diuji dengan ringan dan bila imannya kokoh dia diuji sesuai itu (keras). Seorang diuji terus- menerus hingga dia berjalan di muka bumi bersih dari dosa- dosa”. (HR. Bukhari)
Rosulullah pun bersabda: “Ketahuilah, apa yang luput dari kamu adalah sesuatu yang pasti tidak mengenaimu, dan apa yang akan mengenaimu pasti tidak akan meleset dari kamu. Kemenangan (keberhasilan) hanya dapat dicapai dengan kesabaran. Kelonggaran bersamaan dengan kesusahan dan datangnya kesulitan bersamaan dengan kemudahan”. (HR. Tirmidzi)
Allah juga berfirman dalam Q.S Al Anfaal: 66, “Jika ada diantaramu 100 orang yang sabar, niscaya mereka akan dapat mengalahkan 200 orang; dan jika diantaramu ada 1000 orang (yang sabar), niscaya mereka akan dapat mengalahkan 2000 orang, dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang- orang yang sabar”.
Allah bahkan memberikan penghargaan yang luar biasa kepada orang- orang yang sabar dalam firmannya: "Salamun 'alaikum bima shabartum" (Selamat atasmu karena kesabaranmu), maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu” (Q.S Ar Ra’d: 24). Sabar telah menjadi kunci kesuksesan dalam mengarungi deburan ombak kehidupan. Karena sabar menjadi senjata kita untuk meraih datangnya pertolongan Allah swt.
“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah beserta orang- orang yang sabar”. (Q.S Al Baqarah: 153). Bagaimana dengan Anda..??
Langganan:
Postingan (Atom)